Beberapa tahun terakhir kita telah merasakan adanya istilah baru mengenai tipe mahasiswa internasional: yaitu mahasiswa 'glokal' (global-lokal). Istilah mahasiswa Glokal diperkenalkan oleh Dr. Rahul Choudaha, direktur Research & Advisory Services di World Education Services, sebagai mahasiswa yang memiliki aspirasi global, namun lebih memilih untuk tinggal di negara atau daerah asal mereka untuk mengenyam pendidikan - dan negara-negara ASEAN berkembang dengan cepat memimpin tren ini.
Boston Consulting Group dan McKinsey & Company memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan ada 100 juta orang dengan pola belanja kelas menengah di seluruh Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) - seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Akankah pelajar glokal dari demografis daerah yang muncul ini mewakili masa depan pendidikan transnasional (Transnational Education/TNE)?
Mahasiswa Internasional Baru?
Semboyan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah, "Berpikir secara global, bertindak secara lokal". Dalam ekonomi global, setiap mahasiswa harus dididik sebagai mahasiswa internasional, warga global dengan cita-cita untuk berkompetisi secara global. Namun, tidak semua orang cukup beruntung untuk diberkati dengan bakat dan kekayaan untuk masuk ke universitas paling kompetitif dan mahal di dunia.Pendidikan transnasional, yang didefinisikan sebagai pendidikan bagi mahasiswa yang berbasis di negara yang berbeda dengan institusi pemberian gelar, menjadi semakin populer. Ini sering memberi mahasiswa pengalaman internasional dengan keunggulan keterjangkauan yang lebih baik, persyaratan bahasa Inggris yang lebih rendah, standar penerimaan yang kurang kompetitif, dan inisiatif ekonomi regional.
Bersinarnya negara-negara ASEAN
Sebagai akibat dari krisis keuangan global, Asia telah semakin menarik perhatian dunia dengan ekonomi yang berkembang pesat dan melimpahnya peluang bisnis di negara-negara seperti China, India dan sekarang ASEAN. Negara-negara ASEAN adalah rumah bagi 600 juta orang, dengan nominal gabungan PDB sebesar US$ 2,1 triliun pada tahun 2012, diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 5,5% pada tahun 2013.Yang juga mengejutkan adalah ambisi ekonomi mereka: pada tahun 2015, ASEAN bertujuan untuk mengintegrasikan seluruh wilayah Asia Tenggara ke dalam 'ASEAN Economic Community (AEC)' atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dengan pergerakan barang, layanan, investasi, tenaga kerja, dan ibu kota yang bebas.
Lihat saja bagaimana Uni Eropa beroperasi sekarang, dan Anda bisa membayangkan betapa besar perubahan yang akan dihadapinya dalam waktu dua tahun ini bagi semua orang yang cukup beruntung untuk terhubung dengan ASEAN, atau Asia pada umumnya. Hal ini berlaku baik bagi mahasiswa maupun perguruan tinggi.
Mengembangkan Universitas di Asia Tenggara
Foto: National University Singapore, salah satu universitas terbaik di ASEAN (nus.edu.sg) |
Mobilitas mahasiswa, transfer kredit, penjaminan kualitas dan kelompok penelitian diidentifikasi sebagai empat prioritas utama untuk menyelaraskan sistem pendidikan tinggi ASEAN, yang mencakup 6.500 institusi pendidikan tinggi dan 12 juta mahasiswa di 10 negara. Tujuan akhir dari skema ini adalah untuk membentuk Ruang Pendidikan Tinggi di Asia Tenggara.
Masing-masing pemerintah negara di ASEAN telah meningkatkan investasi publik di universitas untuk mendukung Ruang Pendidikan Tinggi ASEAN dan ekonomi pengetahuan yang berkembang di kawasan ini. Langkah-langkah telah ditetapkan untuk memperkuat kinerja universitas-universitas Asia Tenggara di berbagai indikator seperti pengajaran, pembelajaran, penelitian, perusahaan, dan inovasi.
Inisiatif ini juga membuka jalan bagi kolaborasi dan integrasi lebih lanjut antara universitas-universitas di kawasan ini, yang meningkatkan reputasi universitas Asia secara keseluruhan dibandingkan pesaingnya di Barat dan tempat lain di dunia. Tidak mengherankan jika melihat peningkatan kinerja banyak universitas di ASEAN dalam QS University Rankings: Asia tahun ini.
"Pendidikan tinggi Asia sedang mengalami transformasi yang cepat, dan Singapura, Hong Kong, China dan Korea berada di garis depan serangan terhadap elite akademis global," kata Ben Sowter, kepala Unit Intelijen QS, yang menyusun QS University Rankings: Asia dan QS World University Rankings.
Foto: PPI Thailand (ppi.org) |
Saat ini Singapura adalah satu-satunya negara ASEAN yang universitasnya beroperasi di garis depan pendidikan tinggi Asia. Tetapi jika Asia terus berlanjut pada jalurnya saat ini dan muncul sebagai pesaing sejati ke Barat di tahun-tahun mendatang, peningkatan kekuatan finansial terpadu ASEAN dapat mulai berdampak besar pada pendidikan tinggi global. Dan mahasiswa global di kawasan ini termasuk di antara penerima manfaat yang paling utama. [ ]
Artikel asli dapat dilihat di sini.
Tidak ada komentar